kerusuhan suporter sepak bola indonesia

kerusuhan suporter sepak bola indonesia

Deretan Peristiwa Kelam Suporter Besar di Sepak Bola Indonesia, Bahan Evaluasi untuk Tata Kelola Sepak Bola Sejak tahun 2011, ada setidaknya empat insiden kerusuhan suporter di Indonesia yang menyebabkan korban jiwa. Bola.com merangkum deretan kerusuhan suporter besar di sepak bola Indonesia. Di antaranya, terjadi tragedi kerusuhan pada tanggal 1 Oktober 2022. Terdapat 125 suporter meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). Kerusuhan terjadi setelah Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Menurut survei terbaru dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), 36,3 % responden menilai penyebab suporter melakukan tindakan anarkis karena adanya provokasi antar penggemar tim sepak bola di Indonesia. Selain itu, 17% responden menilai penyebab kerusuhan karena penonton sepak bola tidak tahu aturan. Kerusuhan suporter kembali terjadi pada tanggal 26 November 2023 dalam laga ke-20 Liga 1 2023 di Indomilk Arena, Tangerang. Pertandingan Dewa United dan Persib Bandung ini diwarnai kerusuhan suporter berhadapan dengan kepolisian di luar. Tragedi kerusuhan suporter terbesar di Indonesia, yaitu Kerusuhan Kanjuruhan, menjadi yang paling mematikan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Tragedi ini terjadi pada tanggal 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, setelah Arema FC kalah dalam pertandingan melawan Persib dengan skor 2-3. Suporter Arema FC tidak terima dengan kekalahan tersebut sehingga terjadi kericuhan. Kerusuhan semakin meningkat setelah pihak aparat keamanan diketahui melemparkan gas air mata kepada para suporter. Suporter yang melakukan kerusuhan adalah masalah utama dalam sepak bola Indonesia. Sebanyak 74% responden dalam survei terbaru LSI setuju terkait masalah ini. Sayangnya, pemberian sanksi dalam kerusuhan sepak bola di Indonesia hanya dilakukan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), yang belum berhubungan dengan hukum positif yang berlaku. Terdapat banyak pelanggaran yang terkait dengan norma hukum pidana, tetapi sanksi yang diberikan oleh PSSI masih belum memadai. Kerusuhan suporter sepak bola yang paling mematikan terjadi di Stadion Nasional di Lima, Peru pada tanggal 24 Mei 1964. Sebanyak 328 orang meninggal karena sesak napas dan/atau pendarahan internal. Padahal, kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi. Peristiwa tersebut juga menjadi pelajaran untuk Indonesia agar melakukan evaluasi bagi tata kelola sepak bola nasional.