tragedi sampit dan madura

tragedi sampit dan madura

Konflik Sampit: Latar Belakang, Konflik, dan Penyelesaian - Kompas.com Konflik Sampit adalah kerusuhan antar-etnis yang terjadi pada Februari 2001 di kota Sampit, Kalimantan Tengah. Konflik ini melibatkan suku Dayak asli dan warga migran Madura. Konflik Sampit bukanlah insiden yang terisolasi karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Peristiwa pembakaran rumah salah seorang orang Dayak oleh kelompok pendatang Madura dipercaya menjadi awal konflik. Etnis Dayak merasa kesal dan berencana melakukan aksi balasan. Konflik ini kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik berujung pada perang horizontal dan menewaskan sedikitnya 500 orang dan membuat 100.000 lainnya mengungsi. Sebelumnya, terjadi perselisihan antara kedua suku ini. Penduduk Madura tiba di Kalimantan Tengah pada tahun 1930 di bawah program transmigrasi pemerintah kolonial Belanda. Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang menewaskan 600 orang. Perang Sampit terjadi karena terdapat persaingan dalam berbagai aspek antara kedua belah pihak. Tidak hanya yang bersifat ekonomi, tapi juga budaya dan politik. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perang ini, di antaranya adalah kesenjangan sosial-ekonomi di antara kedua kelompok, naiknya harga beras, dan ancaman terhadap tanah adat. Konflik Sampit menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia dan masyarakat Kalimantan Tengah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi konflik ini dan memulihkan perdamaian. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah pembentukan tim rekonsiliasi. Keadilan dan penyelesaian konflik masih menjadi harapan bagi banyak orang. Namun, upaya konsolidasi dan rekonsiliasi dapat menjadi langkah awal yang penting untuk mengatasi konflik antar-etnis di Indonesia.