kick politics out of football

kick politics out of football

Kick Politic Out of Football Dalam Tragedi Kanjuruhan Kick Politic Out of Football adalah gerakan yang menolak segala hal yang terkait dengan politik untuk masuk ke dalam dunia sepakbola. Sepakbola adalah olahraga di mana dua tim beranggotakan sebelas orang bertanding untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya. Namun, seringkali politik dijadikan alat untuk memanipulasi dunia sepakbola. Hal ini terutama terjadi di Eropa, di mana politik memiliki korelasi yang sulit dilepaskan dari olahraga ini. Oleh karenanya, para pecinta sepakbola dari seluruh dunia, termasuk FIFA sebagai organisasi internasional sepakbola, mengutuk kehadiran politik dalam dunia sepakbola. Namun, keberadaan politik bukanlah hal yang mudah untuk dihilangkan, karena politik memiliki dampak yang sangat besar bagi setiap negara. Banyak suporter sepakbola menggaungkan pentingnya menghilangkan politik dari dunia sepakbola. Mereka berpendapat bahwa politik dan sepakbola tidak dapat dipertemukan karena politik hanya menjadi tunggangan para pejabat saja. Meskipun begitu, kita tidak dapat menghindari politik sepenuhnya dari olahraga ini. Kita dapat melihat contohnya dari gerakan Kick Racism out of Football yang telah berlangsung sejak tahun 1993, yang bertujuan untuk menghilangkan rasisme dari dunia sepakbola. Namun, pandangan untuk "kick politics out of football" seringkali dianggap sebagai strategi untuk mengatasi masalah diskriminasi dalam sepakbola secara diam-diam. Kita dapat melihat contohnya dari aksi pemain dan official yang berlutut sebagai bentuk solidaritas dengan gerakan Black Lives Matter. Namun, banyak suporter yang mengejek tindakan ini tanpa memahami makna sebenarnya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk memahami kesulitan yang terkait dengan menghilangkan politik dari dunia sepakbola, dan sebaliknya memilih untuk memperjuangkan pendidikan dan kesadaran sosial yang lebih baik terhadap hal-hal yang terkait dengan politik dan diskriminasi dalam dunia sepakbola. Pada akhirnya, kita harus membiarkan "the beautiful game" berbicara atas nama dirinya sendiri tanpa campur tangan politik yang merugikan. Hal ini memiliki peran penting dalam tragedi Kanjuruhan yang menimpa Arema FC, di mana para pecinta sepakbola harus memupuskan segala niat buruk yang berasal dari unsur politik agar tidak mengganggu dunia sepakbola.