pengeluaran myanmar

pengeluaran myanmar

Perekonomian Myanmar Pasca Pademi Covid-19 dan Kudeta Militer 2021 - HIMHI Kudeta yang terjadi di Myanmar pada awal Februari 2021 memicu kerusuhan dan ketidakstabilan politik di negara tersebut. Hal ini mempengaruhi perekonomian Myanmar yang sudah terpuruk akibat pandemi Covid-19. Bank Dunia memperkirakan bahwa ekonomi Myanmar akan menyusut sebesar 18% tahun fiskal ini dan tingkat kemiskinan kemungkinan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2022. Tak hanya itu, harga beras dan minyak nabati di Myanmar juga meningkat drastis, sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Depresiasi kyat, mata uang Myanmar, juga menyebabkan kenaikan harga yang signifikan pada beberapa barang kebutuhan pokok. Namun, Myanmar memiliki potensi dalam sumber daya manusia karena memiliki tenaga kerja murah, yang membuat banyak perusahaan asing tertarik untuk berinvestasi di negara tersebut. Selain itu, hidangan Myanmar juga menjadi kaya akan rasa karena dipengaruhi oleh berbagai negara seperti India, Bangladesh, China, dan Thailand. Untuk mengatasi krisis perekonomian, peran utusan khusus ASEAN untuk Myanmar diharapkan dapat membantu meredakan ketidakstabilan politik dan meningkatkan keamanan investasi bagi perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di Myanmar. Meskipun terjadi berbagai peristiwa yang berdampak pada perekonomian Myanmar, optimisme tetap terlihat pada pertumbuhan PDB riil yang dilaporkan naik menjadi 3.5% pada 2022 dari sebelumnya -2.9% pada tahun 2021. Dalam kondisi yang sulit ini, perlu adanya kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak untuk membantu pemulihan ekonomi Myanmar.