reformasi 500 tahun

reformasi 500 tahun

500 Tahun Reformasi: Refleksi dan Visi Masa Depan Gerakan reformasi kembali mengangkat pentingnya iman pada Kristus sebagai mediator tunggal antara manusia dan Allah. Keselamatan hanya bisa dicapai melalui karya Kristus, bukan karena perbuatan manusia. Kristus juga berada pada posisi utama dalam aksara gerakan reformasi (Kol.1 :13-18). Prinsip Sola Gratia (Hanya oleh Kasih Karunia) dan Sola Fide (Hanya oleh Iman) turut diusung oleh gerakan reformasi. Pada tanggal 31 Oktober 2017, Reformasi Protestan mencapai usia 500 tahun. Komunitas gereja Katolik Roma, yang menjadi sasaran reformasi, juga ikut merayakan peringatan ini. Reformasi yang berawal dari reformasi teologi di gereja membawa sarana pembaharuan ajaran, termasuk dalam aspek teologi. Era reformasi atau pasca-Soeharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998 setelah Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden. Era ini membuka ruang sosial-politik yang lebih terbuka dan dimaknai sebagai reformasi. Perayaan Hari Reformasi ke-500 berlangsung di Korea Selatan pada tanggal 31 Oktober 2017 oleh seluruh umat Kristen Protestan di seluruh dunia untuk memperingati peristiwa 500 tahun Reformasi Protestan. Hari ini dijadikan hari libur nasional di Jerman. Perjuangan Martin Luther dalam Reformasi Gereja yang berlangsung di Jerman lima abad lalu menjadi inspirasi bagi banyak tokoh Kristiani. Profesor John Murray menegaskan bahwa peristiwa Reformasi Protestan merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah kekristenan dalam 1.500 tahun terakhir. Pada peringatan 500 tahun Reformasi Gereja tahun ini, umat Kristiani, khususnya Gereja Kristen Protestan, disadarkan akan pentingnya mengingat kembali perjuangan tokoh-tokoh Reformasi. Hal ini penting untuk menjaga generasi berikutnya agar tidak melupakan dan bahkan menganggap sepi perjuangan tersebut. 500 Tahun Reformasi, sebuah refleksi dan visi masa depan untuk gereja dan kekristenan.